Tuesday, October 15, 2013

Silsilah Sunan Ampel

Sunan Ampel pada masa kecilnya bernama Raden Rahmat, dan diperkirakan lahir pada tahun 1401 di Champa. Ada dua pendapat mengenai lokasi Champa ini. Ensyclopedia Van Nederlandesh Indie mengatatakn bahwa Champa adalah satu negeri kecil yang terletak di Kamboja. Pendapat lain, Raffles menyatakan bahwa Champa terletak di Aceh yang kini bernama Jeumpa. Menurut beberapa riwayat, orang tua sunan ampel adalah Makhdum Ibrahim (menantu raja Champa, ipar Dwarawati) alias Haji Bong Tak Keng (anak buah Sam Po Bo) yang menjafi Kapten Tionghoa (Suku Hui beragama islam bermadzhab Hanafi) di Champa. Dalam catatan Kronik cina dari Klenteng Sam Po Kong, Sunan Ampel dikenal sebagai Bong Swi Hoo. sedangkan yang mulia Ma Hong Fu (Kyai Bantong) menantu Bong Tak Keng ditempatkan sebagai duta besar Tiongkok di pusat kerajaan Majapahit. Puteri dari Kyai Bantong menikah dengan Prabu Brawijaya. Sayyid Rahmat merupakan keponakan dari Putri Champa permaisuri Prabu Brawijaya.

Raden Rahmat dan Raden Santri adalah anak Makhdum Ibrahim alias Haji Bong Tak Keng keturunan suku Hui dari Yunan yang merupakan percampuran bangsa Han/Tionghoa dengan bangsa Asia Tengah (Samarkand). Raden Rahmat, Raden Santri dan Raden Burereh ( cucu Raja Champa) pergi ke Majapahit mengunjungi bibi mereka Dwarawati yanh menjadi permaisuri raja Brawijaya.

Menurut Hikayat Banjar dan Kotawaringin, nama asli Sunan Ampel adalah Raja Bungsu, anak Sultan Pasai. Beliau datang ke Majapahit menyusul/menengok kakaknya yang diambil isteri oleh Raja Majapahit. Raja Majapahit saat itu bernama Dipati Hangrok dengan Mangkubuminya Patih Maudara. Dipati Hangrok telah memerintahkan menterinya Gagak Baning melamar Putri Pasai dengan membawa sepuluh buah perahu ke Pasai. Sebagai Kerajaan Islam, mulanya Sultan Pasai keberatan jika putrinya dijadikan isteri Raja Majapahit, tetapi karena takut binasa kerajaannya akhirnya putri tersebut diberikan juga. Putri Pasai dengan raja Majapahit memperoleh anak laki-laki. Karena rasa sayangnya kepada putri Pasai melarang raja Bungsu pulang ke Pasai. Sebagai ipar Raja Majapahit Raja Bungsu kemudian meminta untuk tanah untuk menetap diwilayah pesisir yang dinamakan Ampelgading. Anak laki-laki dari putri pasai dengan raja majapahit tersebut kemudian dinikahkan dengan  raja Bali. Anak dari puteri puteri pasai tersebut wafat ketika istrinya putri dari raja Bali mengandung tiga bulan karena dianggap akan membawa celaka bagi negeri tersebut, maka ketika lahir bayi tersebut dihanyutkan ke laut, ketapi kemudian dapat dipungut dan dipelihara oleh Nyai Sutapinatih, kelak disebut Pangeran Giri. Kelak ketika terjadi huru-hara di ibukota Majapahit Putri Pasai pergi ke tempat adiknya Raja Bungsu di Ampelgading.

Penduduk desa-desa sekitar memohon untuk dapat masuk islam kepada Raja Bungsu, tetapi Raja Bungsu sendiri merasa perlu meminta ijin terlebih dahulu kepada Raja Majapahit tentang proses islamisasi tersebut. Akhirnya Raja Majapahit berkenan memperbolehkan penduduk untuk beralih kepada agama islam. Petinggi daerah Jipang menurut aturan dari Raja Majapahit secara rutin menyerahkan hasil bumi kepada Raja Bungsu. Petinggi Jipang dan keluarga masuk islam. Raja Bungsu beristrikan puteri dari daerah Jipang tersebut, kemudian memperoleh dua orang anak yang tertua seorang perempuan diambil sebagai isteri oleh Sunan Kudus, sedang yang laki-laki sebagai Pangeran Bonang. Raja Bungsu sendiri disebut sebagai Pangeran Makhdum.

Silsilah Sunan Ampel diantaranya :
  1. Sunan Ampel/Raden Rahmat/Sayyid Ahmad Rahmatillah bin
  2. Maulana Malik Ibrahim/Ibrahim Asmoro bin
  3. Syaikh Jumadil Qubro/Jamaluddin Akbar Khan bin
  4. Ahmad Jalaludin Khan bin
  5. Abdullah Khan bin
  6. Abdul Malik Al Muhajir bin
  7. Alawi Ammil Faqih bin
  8. Muhammad Sohob Mirbath 
  9. Ali Kholi Qosam bin
  10. Alawi Ast Stasi bin
  11. Muhammad Sohibus Saumi'ah bin
  12. Alawi Awwal bin
  13. Ubaidillah bin
  14. Ahmad Al Muhajir
  15. Isa Ar Rumi
  16. Muhammad An Naqib bin
  17. Ali Uraidhi bin
  18. Ja'far Ash Shodiq bin
  19.  Muhammad Al Baqir bin
  20. Ali Zaenal Abidin bin
  21. Imam Husai bin
  22. Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az Zahro binti Muhammad saw
Ditulis Oleh : Aris Hidayat, S.Pd.I

0 comments:

Post a Comment

mimanukarangnangkabms.blogspot.com mimanukarangnangkabms.com